Home Sweet Heart O Q I-One Tips n Trik

pahlawan 100 tahun

Pernahkan kita pikirkan mengenai kapan dan keberadaan seorang pahlawan? Pahlawan di sini bukan saja orang yang berjasa ataupun menang dalam peperangan, tetapi termasuk dalam bidang sosio kultural, ekonomi, politik dan lain sebagainya

Tanpa kita sadari dan kita pikirkan, ternyata tokoh-tokoh atau pahlawan tersebut selalu ada dan muncul dalam kurang lebih seratus tahun, artinya dalam kurun waktu sati abad, pasti terlahir seorang tokoh yang berpengaruh di masanya. Cobalah telaah bersama tulisan ataupun rekapan daftar pahlawan sertus tahun berikut :
KURUN WAKTU TOKOH JASA

Th. 700-800 Sanjaya Mendirikan kekaisaran Mataram
Th. 800-900 Samaratungga Mendirikan candi Borobudur
Th. 900-1000 Pikatan Mendirikan candi Prambanan
Th. 1000-1100 Airlangga Puncak kejayaan Mataram Medang
Th. 1100-1200 Jayabaya Puncak kejayaan Kediri
Th. 1200-1300 Ranggah Rajasa Berdirinya kekaisaran Singasari
Th. 1300-1400 Kerta Rajasa Berdirinya kekaisaran Majapahit
Th. 1400-1500 Sunan Bintara Berdirinya kekaisaran Demak
Th. 1500-1600 Danang Sutawijaya Berdirinya kekaisaran Mataram
Th. 1600-1700 Raden Mas Jatmika Puncak kejayaan Mataram
Th. 1700-1800 Mangkubumi Berdirinya kekaisaran Yogyakarta
Th. 1800-1900 Diponegoro Penegasan kerajaan Jawa (Yogya)
Th. 1900-2000 Sukarno Berdirinya Republik Indonesia
Th. 2000-2100 ???????????????

Baris terakhir tersebut merupakan jaman dimana kita hidup sekarang. Jika selama ini belum terlihat tokoh yang begitu berpengaruh, maka pahlawan tersebut dapat dikatakan belum muncul. Kita tunggu saja kehadirannya.

Selamat mengikuti.................

TATAKOTA IBUKOTA YOGYAKARTA

Berdirinya Sultanate Yogyakarta mempunyai dua aspek kejadian, yaitu terpecahnya Kekaisaran Mataram warisan Panembahan Senapati Hing Ngalaga dan lahirnya kekuatan politik baru serta lahirnya kebudayaan baru. Artinya....


Pangeran Mangkubumi sebagai raja pertama harus mampu menciptakan dinamika polotik baru yang lain dari kerajaan pendahulunya (Sunanate Surakarta) dan berkewajiban menciptakan identitas dan kebudayaan baru negara baru tersebut. Salah satu bukti yang ada adalah tata kota ibukota Yogyakarta. Kita generasi sekarang ini hanya melihat sisa-sisa tatakota yang indah, penuh makna dan strategical, tanpa melihat keutuhan dan keelokan yang sebenarnya. Coba perhatikan, saat kita melintas di Jalan Ibu Ruswo dari arah Alun-alun ke timur, disebelah kanan (masuk pertigaan) akan terlihat suatu bangunan putih yang seperti lorong. Itulah salah satu bukti kehebatan tatakotanya, bangunan tersebut merupakan salah satu pintu gerbang. Dahulu, ibukota ini dikelilingi oleh tembok tebal dan tinggi. Tebalnya 3-4 meter, tinggi 6-9 Meter. Tembok tersebut dikelilingi oleh parit, sehingga jika musuh akan menaiki tembo tersebut, haruslah menyeberangi parit pengeliling tersebut. Akses keluar masuk hanya memiliki 5 pintu gerbang, yaitu 2 (dua) di sisi utara, 1 (satu) sisi timur, 1 (satu) sisi barat dan 1 (satu) sisi selatan. Orang Yogya lazim menyebut bangunan tersebut dengan istilah “PLENGKUNG”, karena bentuknya melengkung setengah lingkaran. Plengkung – plengkung tersebut dahulunya mempunyai pintu yang dapat dibuka secara 90 derajat, saat pintu terbuka sekaligus berfungsi sebagai jembatan, dan saat tertutup berfungsi sebagai pintu. Plengkung-plengkung tersebut mempunyai nama masing-masing, yaitu :

1. Sisi utara bagian timur : Plengkung Tarunasura atau

Plengkung Wijilan

2. Sisi utara bagian barat : Plengkung Jagasura atau

Plengkung Ngasem

3. Sisi timur : Plengkung Madyasura atau

Plengkung Gandamanan atau

Plengkung Buntet

4. Sisi Barat : Plengkung Jagabaya atau

Plengkung Jagasatru atau

Plengkung Tamansari

5. Sisi Selatan : Plengkung Nirbaya atau

Plengkung Gading

Plengkung-plengking tersebut yang masih asli seperti saat dibangun hanyalah Plengkung Wijilan dan Plengkung Gading. Sementara Plengkung Ngasem dan Plengkung Tamansari pernah runtuh dan dibangun ulang hingga bentuknya seperti sekarang ini, seperti gapura bentar. Dan yang paling parah adalah Plengkung Gandamanan, sudah tidak ada bekasnya sama sekali. Plengkung Gandamanan sebenarnya mempunyai nilai historis yang sangat tinggi, yaitu pernah menjadi saksi peperangan antara Kerajaaan Yogyakarta dengan Kerajaan Inggris. Saat itu pasukan Yogya terdesak, hingga menutup bangunan plengkung, maka plengkung tersebut dinamakan plengkung buntet (plengkung buntu). Itulah gambaran inti dari ibukota inti yang disebut daerah Narawita.

KESIAGAAN TENTARA MENGELILINGI KOTA

Di luar inti kota terdapat kota yang dinamakan kota negara atau kuthanagara. Di sekaliling kuthanagara ini disiapkan prajurit yang siaga 24 jam, maka dari itu timbullah perumahan para prajurit yang mengelilingi kota. Kerajaan Yogyakarta mempunyai sepuluh kesatuan, yaitu :

1. Wirabraja : berkedudukan di barat kota (Kampung Wirabrajan)

2. Ketanggung : berkedudukan di barat kota (Kampung Ketanggungan)

3. Patangpuluh : berkedudukan di barat kota (Kampung Patangpuluhan)

4. Bugis : berkedudukan di barat daya kota (Kampung Bugisan)

5. Daeng : berkedudukan di barat daya kota (Kampung Daengan)

5. Prawiratama : berkedudukan di selatan kota (Kampung Prawirataman)

6. Jagakarya : berkedudukan di selatan kota (Kampung Jagakaryan)

7. Mantrijero : berkedudukan di selatan kota (Kampung Mantrijeron)

8. Surokarsa : berkedudukan di tenggara kota (Kampung Surakarsan)

9 Nyutra : berkedudukan di timur kota (Kampung Nyutran)

10. Langenastra : berkedudukan di dalam kota (Kampung Langenastran)

Kesatuan Langenastra ini sebenarnya bagian dari kesatuan Mantrijero, hanya saja karena tugasnya merupakan ajudan raja, maka berkedudukan di dalam kota. Mungkin ada pertanyaan : Kenapa sisi utara tidak di jaga? Inilah bukti bahwa kota ini di susun scara strategi militer. Jikalau musuh datang dari arah utara, maka kemungkinan besar musuh akan dapat menyerang kraton. Saat musuh mendekati kraton maka pasukan akan bergerak untuk menggiring musuh dari utara, sehingga musuh terjebak maksimal sampai Siti Hinggil, tetapi tidak dapat masuk ke kedhaton, karena di belakang Siti Hinggil ada pintu besar Brajanala Dari strategi ini maka musuh yang terjebak dapat di serang bersama-sama di alun-alun atau pagelaran. Demikian salah satu keunikan tatakota Yogyakarta.